Setelah sekian lama akhirnya buka blog lagi. Satu-satunya tempat yang aman dan mungkin ga akan dibaca sama orang-orang yang kenal aku. Maaf... aku butuh tempat untuk mengeluarkan segala perasaan yang bikin aku nyesek dan ngga nyaman. Semua medsos yang kupunya, rata-rata sudah diketahui oleh orang-orang terdekat. Rasanya kurang nyaman jika harus curhat dan menumpahkan segala resah yang berkecamuk dalam dada. Apalagi dibumbui dengan aib (maybe). Karena itu, blog ini adalah satu-satunya yang bisa menampung uneg-unegku. Meskipun ada yang baca, kemungkinan kita ga kenal :)
Satu kalimat yang ingin kukatakan di bulan suci ke-25 ini: AKU PENGEN NANGIS!
Kalau kemarin anaknya yang bikin nangis anakku, hari ini emaknya yang bikin nangis aku. Aku sebenernya ga mau ngelibatin masalah anak-anak. Biarin mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagai orang tua, ya ngga usah ikut campur apalagi kebawa sampai perasaan. Dia pun sebenarnya sudah tau, aku bukan tipe orang yang baper dengan sikap anaknya kemarin. Kita deket. Berteman juga bukan hitungan hari. Sikap dia yang bikin aku ngga nyaman beberapa kali juga aku abaikan. Tapi kali ini, rasanya sungguh kesal dan kecewa, hingga aku ga tahan untuk ga nangis.
Berawal dari anak-anak yang main bersama. Hingga keluarlah kalimat "Kamu pendek" dan itu seketika bikin anakku nangis. Nangis kejer sampai tantrum. mungkin bukan soal itu, bisa jadi anakku udah mendam rasa keselnya sejak mereka bermain.
Pagi ini, dia ditanya sama temen kantorku, kenapa nangis. Anakku jawab, dia dikatain pendek. Aku pun ngga ikut campur sekali lagi. Orang yg nanya itu langsung berkomentar. Komentranya berujung di status si Ibu. Dan aku baca status dia, langsung nangis. Gimana ngga nangis, aku ngerasa ngga ngatain anaknya. Aku diam. Aku ga berkomentar. Aku lemah. Anakku juga lemah ga balas apapun. Namanya anak-anak, ditanya pasti jawab apa yang ditanyakan.
Setelah aku baca sttusnya di WA, aku pun mengirim pesan balasan. Aku dan anakku meminta maaf atas kejadian itu. Tak selang lama, dia ke ruangan dan aku langsung biacara empat mata. Ada konfirmasi dari dia, bahwa status dia untuk seseorang yang mengata-ngatai anaknya. Ada perasaan dia yang ngga nyaman juga mendengar komentar orang lain tentang anaknya. Oke. Masalah selesai.
Tapi apakah perasaan kita masih bisa lega? Jelas tidak. Pasti akan ada jarak, atau rasa yang tidak nyaman ke depannya.