Postingan pertama di tahun 2017 ^^
Alhamdulillah... Blib di dalam perut sudah 22 minggu :-) Sehat selalu ya sayang, Ummi dan Abi selaluuuu sayang Blib.
Tidak pernah membayangkan hamil itu rasanya seperti ini. Amazing! Pantas saja, pasangan yang belum dikaruniai anak selalu mencoba caraa apapun untuk memperoleh makhluk mungil yang bernama "baby".
Okay... hari ini saya akan mencaritakan kisah perjalanan saya menanti buah hati. Saya menikah dengan Shinichi pada pertengahan tahun 2015, tepatnya 20 Juli. Minggu berganti minggu, bulan pun terus berubah namun setiap bulan saya selalu haid. Bagi seorang perempuan yang baru menikah pastinya tidak mengharapkan "datang bulan" itu hadir. Saya dan suami mencoba untuk positive thinking, barang kali saya dan suami sama-sama stress menjalani rumah tangga yang baru. Awal-awal menikah merupakan adaptasi bagi kita berdua. Yang tadinya tidur sendiri, sekarang kalo tidur ada yang nemenin, terus tiap hari selalu bertemu dan tahu kebiasaan masing-masing. Kalo saya pribadi sih yang paling berat saat awal menikah adalah manajemen waktu. Saya berangkat ke kantor pagi-pagi, harus bikin sarapan untuk suami, siang pulang masakin makan siang, dan pulang dari kantor udah sore, lanjut bikinin makan malam, belum lagi kejaan lain di rumah. Capek itu pasti.
Tiga bulan pun berlalu... saya sudah 4 kali datang bulan. Saya pun diskusi dengan suami saya, bagaimana kalo bertemu dengan dookter. Suami menyetujui usul saya. Akhirnya di penghujung bulan Oktober kami menemui dr. Meidi. Saya pun dicek melalui USG, dari hasil USG, beliau menyimpulkan rahim saya baik-baik saja. Saya dan suami tidak perlu khawatir dengan kondisi ini. Infertil bagi seseorang bisa diketahui setelah satu tahun pernikahan, jadi kami diminta untuk bersabar dan rileks, menenangkan pikiran masing-masing. Menurut saya, jawaban beliau melegakan tapi juga mengecewakan. Saya pengennya langsung dapat tindakan.
Desember 2015 saya dan suami mengunjungi mertua di Palembang karena keluarga di sana mengadakan acara syukuran pernikahan kami. Ketika di sana, saya sudah menyiapkan hati agar tenang dan santai jika orang-orang bertanya tentang "sudah hamil belum?".
Bulan ke bulan, masa haid saya tidak menjadi tidak teratur. Terkadang masa siklus haid hanya 18 - 20 hari, namun dalam satu bulan saya juga pernah tidak haid (dengan silus 35 - 45 hari). Saat tidak kunjing datang bulan, saat itulah saya menaruh harapan bahagia. Saya pun test pack, tapi hasilnya membuat saya kecewa karena yang muncul hanya 1 garis. Seminggu kemudian baru haid... :(
Sebulan menjelang sebelum puasa di tahun 2016, saya dan suami sepakat untuk tes ke ahli kandungan tetapi bukan ke dr. Meidi. Teman kanto merekomendasikan ke dr. Suryo, katanya beliau ahli dalam promil. Temannya teman kantor saya pernag mencoba baby program dan dapat bayi kembar ^^ Saya pun jadi optimis. Saya ceritakanlah ke suami saya. Terlebih dua bulan lagi lebaran, dan kami berencana lebaran ke Palembang lagi. Saya khawatir ditanya-tanya soal kehamilan :(
Awal bulan Mei saya dan suami mengunjungi klinik dr. Suryo yang di belakang Masjid An-Nur Pekanbaru. Antrean di sana lebih panjang dibanding di dr. Meidi. Jadi kami harus sabar. Di sana, beliau komentar, "Alhamdulillah belum hamil, karena kalo hamil bisa berbahaya dengan berat Ibu yang sekian," :-( Sedih banget dengernyaaaa.... Memang sih saya sangat gemuk tapi kan ga harus seperti ini.. Beliau merekomendasikan untuk program akupuntur dengan istri beliau, dr. Phyu Phyu. Saya pun konsultasi dengan suami. Suami pun mengiyakan. Lalu saya mendaftar paket akupuntur selama 12 kali dengan biaya Rp 1.750.000,00 per paket. Syok banget lihat harganya yang segitu. Belum lagi obatnya. Pokoknya hari itu saya harus merogoh kocek sebesar 3 jutaan. Masya Allah...
Saya pun hanya menjalani akupuntur selama 2 bulan. Saya tidak sanggup. Selain sakit semua, perjalanan menuju kliniknya juga jauh. Suami pun juga lelah. AKhirnya saya putuskan untuk kembali lagi ke dr. Meidi dan menjalani baby program.
(to be continue)