Menurut kalian, perbedaan cinta dan nafsu itu apa sih?
Menurut saya, cinta itu membawa perubahan ke arah yang positif. Dengan kata lain, cinta mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Sedangkan nafsu, sebaliknya. Ia membawa pengaruh negatif untuk kita.. hehehehe....
Yuk... sebutin apa lagi perbedaan antara C.I.N.T.A dan N.A.F.S.U
Kamis, 27 Oktober 2011
Selasa, 04 Oktober 2011
PPL SMP 2 BOJA
Tak terasa beberapa hari lagi PPL akan berakhir, sepertinya aku belum siap berpisah dengan "mereka", anak - anak yang lucu karena kenakalannya.
Namun di sisi lain aku ingin segera mengakhiri PPL ini karena sesuatu hal yang membuatku tidak nyaman di sini...
Namun di sisi lain aku ingin segera mengakhiri PPL ini karena sesuatu hal yang membuatku tidak nyaman di sini...
Jumat, 30 September 2011
Takdir yang Indah
Seorang gadis berjilbab terlihat mondar – mandir, celingak celinguk di depan toko fotokopi. Tanpa alas kaki. Jemarinya sibuk menekan keypad di Hp-nya. Sedangkan matanya mengawasi orang – orang yang melewati jalan di depan rumahnya. Hatinya deg- deg-an. Hari ini dia ada janji dengan seseorang. Wajar saja kalo deg-deg-an, ini kali keduanya dia bertemu dengan orang itu.
Hmm... kenalan dulu yuk dengan gadis yang satu ini. Namanya Faradhila Hartisha. Dia seorang mahasiswi tingkat pertama di salah satu universitas negeri di surakarta, jurusan matematika.
“Farah,” Bunda, wanita paruh baya itu menegur putrinya.
Farah nyengir melihat Bunda yang sedang duduk menjaga toko.
“Nungguin siapa sih?” tanya Bunda.
“Temen Bun,”
“Iya, siapa? Kok kayaknya gelisah gitu. Cowok ya?”
Farah mengannguk, “Hihihihi, temen kenalan di bus. Dia mau ke sini,”
Mendengar jawaban putrinya yang seperti itu Bunda mengernyitkan dahi. Kaget sekaligus kesel dengan putri semata wayangnya.
“Aduh Bund... jangan marah dulu, Please.... maafin Farah deh. Farah ga izin dulu sama Bunda. Farah takut ga dapet izin dari bunda. Insya Allah orangnya baik kok. Dia hafidz Bund... Tenang aja. Ga macem-macem kok. Farah yakin. Kita juga Cuma temenan. Dia ke sini mau silaturahim doang sama Bunda dan Ayah, mumpung hari ahad, katanya. Bunda... jangan marah ya... ya Bun ya....” Farah memberi penjelasan kepada bunda sebelum bunda mengintrogasi seperti polisi.
Bunda menanggapi penjelasan putrinya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Gimana Bund? Ga papa kan?” Farah mengerlingkan matanya.
“Udah terlanjur kan. Nanti kalo udah sampai, susruh masuk,” jawab Bunda ketus.
“Ya iya dong buna sayang, masa dianggurin di teras. Malu diliat orang lewat. Makasih Bunda,” farah memeluk Bunda. Kemudian bunda masuk ke dalam rumah.
Farah kembali sibuk dengan HP-nya. Kahwatir “Teman Kenalan di Bus”-nya kesasar.
Kali pertama bertemu dengan Ihsan, - lelaki yang ditungguin Farah – saat farah duduk di kelas 3 SMA. Waktu itu Farah akan mengikuti Ujian Masuk di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang. Dia duduk bersebelahan dengan Ridwan. Awalnya mereka hanya ngobrolin hal – hal yang ringan, kebetulan Ihsan mahasiswa yang transfer S1 di PTN tersebut. Kemudian kenalan dan tukar nomor HP. Entah kenpa saat itu Farah mau dimintain nomor HP dengan orang yang baru dia kenal. Mungkin diliat dari tampangnya, Ihsan seperti orang baik-baik. Namanya juga berrti “baik” kan? Hihihi...
Senyum di bibir Farah mengembang saat melihat sosok yang ditunggu. Akhirnya datang juga. Bukan karena ada persaan apa-apa tetapi karena Farah takut Ihsan kesasar, hilang, dan diculik. Bisa berabe kan? Anak orang tuh... hihihi, lebay deh.
Laki-laki itu turun dari becak dan menghampiri Farah yang tengah berdiri di depan tokonya. Rumah Farah di kawasan perumahan, terletak pinggir jalan utama perumahan sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan meskipun hanya becak, taksi, dan ojek. Angkot ga masuk di kawasan perumahan tempat tinggal farah.
“Assalamu’alaikum,” sapa Ihsan. Farah menjawab salam Ihsan.
Masih sama seperti yang dulu. Kaca mata minus. Tubuh putih, kecil. Hmm... ternyata tidak terlalu tinggi. Tingginya hasmpir sama dengan tinggiku, batin Farah.
Farah mempunyai tinggi 165 cm dan berat badan 63 kg. Ngga ideal sih... bisa dibilang gendut.
“Masuk mas,”
Farah duduk de ruang tamu yang terletak di sebelah toko.
“Farah bikinin minum dulu ya? Pasti haus kan...”
Farah masuk ke dapur dan memanggil Bunda yang sedang memasak.
“Bund, tuh orangnya udah datang. Temenin farah ya? Farah takut ngobrol berdua sama dia,”
“Liat nih, Bunda lagi sibuk masak. Salah sendiri nyuruh cowok main ke rumah,” kata Bunda ketus.
“Bunda kok gitu sih, dia kan Cuma pengen silaturahmi aja. Maaf deh Bund, farah salah,” farah mendekati Bunda yang sedang menumis jamur.
“Iya deh, tapi sebentar aja ya,”
Farah mengangguk dan melanjutkan membuatkan tiga gelas es sirup.
“Ayah mana Bund?”
“Lagi di ruang cetak Foto,”
“Suruh keluar juga dong Bund biar kenalan dengan teman Farah, Oke?”
“Iya...”
------------------------------------------------------------------------
Farah, Bunda dan Ayah duduk di sofa menemani Ihsan.
Satu lawan tiga nih critanya... batin Ihsan.
Kasian juga ya, jadi Ihsan. Baru main ke rumah farah udah langsung berhadapan dengan kedua orang tua farah.
Farah memang tidak berani berdua dengan laki-laki. Risih mungkin. Sejak mengenakan “baju kebesaran muslimah” dia tidak terbiasa berduaan dengan laki-laki. Seengganya dia harus membawa teman kalo ingin bertemu dengan laki-laki.
“Jadi Dik Ihsan ngajar pendidikan agama di SD?” Tanya Bunda.
“Iya Bu, 2 tahun ngajar di SD swasta,”
“Sudah PNS?” tanya Ayah.
“Alhamdulillah diterima tes CPNS kemarin Pak, sekarang ngajarnya sudah pindah di SD Negeri Tuntang,” jelas Ihsan. Farah dari tadi ngga banyak bicara tapi banyak senyumnya.
Hm... aku kan ke sini mau ngobrol sama Farah. Malah ditanyain terus sama ortunya. Ckckckck... cerewwt juga ya ortunya Farah...
“Pak,” Mas Ari, karyawan Ayah memanggil Ayah. “Ada yang mau foto,”
“Saya ke belakang dulu ya,” Ayah beranjak dari duduknya dan menuju toko.
“Monggo, Pak,”
“Dik, Ibu juga ke belakang dulu ya, mau masak,” kemudian Bunda masuk ke dalam. Kini, di ruang tamu itu Farah hanya berdua dengan Ihsan.
“Ayah sama Bunda emang kayak gitu, cerewet,” jelas Farah. Ihsan hanya tersnyum.
“Dik,”
“Iya, kenapa Mas?”
“Gimana tanggapan sms yang semalem?”
“Yang mana ya?” Farah pura-pura ngga tau.
“hm... ada kura-kura naik perahu ya...”
Farah Cuma tersenyum.
“Gimana dik? Mau ngga jadi calon istri mas?”
Farah terdiam beberapa saat.
“Kan udah Farah jawab, Farah ngga ada minat untuk pacaran. Maunya langsung nikah aja,”
“Ya udah, kalo itu maunya Farah. Kita nikah aja,”
What??? NIKAH? SEKARANG? ENGGAAAAAAAAAAAA MAUUUUU ya Allah...
Farah shock.
“Farah masih semester 1 mas, belum siap untuk menikah. Ayah sama Bunda juga sudah pasti ngga ngasih izin.” Farah diam, “Lagian Farah.... Farah Cuma nganggap Mas sebagai teman dan kakak, ngga lebih dari itu, afwan,”
“Tapi dik, Mas kan....” sebelum Ihasan melanjutkan kalimatnya Farah menyela.
“Lebih baik mas mencari wanita lain yang siap untuk mas nikahi. Dari hati yang terdalam, saya... saya belum siap,”
Ihsan terlihat sebal dengan Farah. Ternyata Farah tidak memiliki perasaan apapun dengannya dan sikap Farah seperti ini tidak pernah ada dalam bayangannya.
“Hmm... mungkin suatu saat farah akan siap,”
“Ngga usah nunggu farah mas, Farah ngga mau menjadi penghambat bagi mas untuk mencari wanita lain,”
“Ya sudahlah, ternyata saya salah mencintai kamu,”
Farah terdiam.
“Saya permisi pulang,”
“Kok buru-buru mas?”
Apa buru-buru? Males ngomong sama cewek kayak kamu. Keras kepala.
“Maaf udah mengganggu. Saya permisi pulang, salam buat bapak Ibu. Assalamu’alaikum,”
Ihsan berjalan meninggalkan Farah yang berdiri di depan pintu.
“Afwan....” ucap farah pelan sambill gigit jari.
-------------------------------------------------------------------------
bersambung........
Langganan:
Postingan (Atom)